Begini Caranya, Waspadai Hipotermia Saat Mendaki Gunung untuk Rayakan 17 Agustus-an

Begini Caranya, Waspadai Hipotermia Saat Mendaki Gunung untuk Rayakan 17 Agustus-an
Begini Caranya, Waspadai Hipotermia Saat Mendaki Gunung untuk Rayakan 17 Agustus-an. Saat peringatan 17 Agustus-an, banyak masyarakat yang memilih mendaki gunung untuk merayakan hari kemerdekaan.

Namun, sebagai satu aktivitas fisik yang berat, mendaki gunung juga bisa mengundang beberapa jenis penyakit.

Satu di antaranya adalah hipotermia.

Hipotermia tak hanya menghantui pendaki gunung-gunung es/bersalju, tetapi juga di wilayah tropis seperti Indonesia.

Saat di gunung-gunung wilayah tropis, gejala hipotermia pun tak cuma terjadi pada musim hujan, tetapi juga musim kemarau seperti jelang perayaan kemerdekaan RI ke-73 saat ini.

Untuk mengantisipasinya, ada baiknya kita kenali definisi dan gejala hipotermia terlebih dahulu.
Hipotermia tak hanya terjadi karena suhu dan ketinggian, tapi juga kondisi badan.

Hipotermia adalah kondisi ketika suhu bagian dalam tubuh berada di bawah 35 derajat Celcius.
Suhu dalam ini berbeda dengan suhu luar atau suhu kulit.

Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5-37,5 derajat Celcius.

Saat kurang dari itu, respon tubuh untuk mengatur suhu akan aktif menyeimbangkan produksi panas dan kehilangan panas dalam tubuh.

Satu hal yang fatal adalah, banyak pendaki yang tidak sadar akan gejala hipotermia.

Apalagi pendaki Indonesia seringkali keukeuh pengen ke puncak, padahal kulitnya sudah membiru atau detak jantungnya melemah.

Ini tentu tidak boleh diabaikan.

Hipotermia bisa berakibat fatal, termasuk kematian.

Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, pendaki harus dibekali informasi soal gejala-gejala hipotermia.

Gejala hipotermia antara lain tidak berhenti menggigil, halusinasi, dan muntah-muntah.

Selain itu, gejala hipotermia juga mencakup bicara yang melantur, kulit sedikit berwarna abu-abu, detak jantung melemah, serta tekanan darah menurun.

Menggigil terjadi karena kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas.
Penyebab hipotermia pun bisa beragam.

Ketinggian daerah dan suhu menjadi faktor utama, sedangkan faktor lain bisa berasal dari pendaki sendiri.

Misal, tidur dengan kondisi baju basah atau tidak makan.

Faktor yang paling fatal sebetulnya adalah tidak adanya asupan makanan.

Jika terjadi gejala hipotermia, sebaiknya langsung ganti baju bersih dan masuk ke dalam sleeping bag.

Serta diberi minum air putih hangat.
Kalau menggigilnya sudah berkurang, baru si penderita hipotermia bisa diberi makanan hangat.

Comments

Popular posts from this blog

Berwisata Berikan Sejuta Keuntungan, Tak Sekadar Senang-senang

Turis Ini Kaget Ditagih Rp 700 Ribu Saat Beli 2 Kopi dan 2 Air Mineral Libursn Di Venesia

Pasca Gempa, Ngurah Rai Tetap Berjalan Normal Dan Aktivitas Bandara Lombok